Tiga Organisasi Ikatan Mengelar — Nobar dan diskusi, Doc Agus Wilil—wenehanowene.com Jayapura.
Jayapura, Wenehanowene.com — Ikatan Keluarga Besar Distrik Kurulu Libarek Pisugi Usilimo Wita-Waya & Wedangku (IKBD-KLPUW2), Forum Informasi Komunikasi Mahasiswa Pelajar Wilayah Wodlo (FIKMP WW), Ikatan Pelajar Mahasiswa Distrik Walelagama Siepkosi Itlaihisage (IPMDWSI) Ples Aliasnsi Demokrasi Untuk Papua (ALDP), Mengelar nonton bareng (Nobar) dan Diskusi, Membangun Emosional bersama.
Dalam Kegiatan Nobar dan Diskusi, Mengangkat Thema: “Militerisme Indonesia Dalang Kejahatan di Tanah Papua.” Melihat dengan kekerasan yang terjadi di atas tanah papua dengan kehadiran militerisme organik dan non organik, ini merupakan salah satu dampak besar yang dihadapi oleh masyarakat papua.
Berlangsungnya prosesi Kegiatan dihadiri langsung oleh, Puluhan Mahasiswa-mahasiswi terdiri dari ke tiga ikatan. Dengan antusias ikuti diskusi berlangsung, terselengara di Kawasan, Prunmas III Waena, Somel Kali Sebla (Sekretariat FIKMP-WW), Jayapura pada, Selasa (29/07/2025)
Ibra perwakilan dari, Aliansi Demokrasi untuk Papua (ALDP) Menyampaikan,
Kegiatan yang hari ini dilakukan oleh mahasiswa. menurut lbra kegiatan ini suatu hal yang sangat luar biasa sekali, saya pikir ini adalah sebuah perubahan-perubahan yang dilakukan oleh mahasiswa, dengan konsep thema sangat pasaran dalam kegiatan yang mengangkat, “Militerisme Indonesia Dalang Kejahatan di Tanah Papua.” Awal yang baik melakukan konsolidasi dan buat nobar dan diskusi bersama, sebuah bentuk membangun emosional bersama. Ungkap Ibra, saat diwawancara oleh wartawan Wenehanowene.com, usai kegiatan di sekretariat FIKMP-WW di Jayapura.
Ia menyampaikan, Kemudian dari judul ini bisa kita lihat bahwa. Sebenarnya dalang kejahatan semacam drama yang dirancang oleh Indonesia untuk menguasai tanah Papua yang tentu semua orang tahu bahwa Papua itu pulau yang kaya, dengan berbagai macam keanekaragaman hayati dijuluki oleh, Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat kaya, sehingga kemudian bagaimana negara melakukan berbagai upaya melalui kebijakan-kebijakan negara
untuk menguasai kekayaan alam di atas tanah papua. Ibra juga tegaskan bahwa, oleh karena itu salah satu upaya yang dilakukan oleh negara hari ini adalah dengan pendekatan militerisme yang dimana militer dipakai sebagai alat negara untuk mewujudkan kebijakan menguasai sumber daya alam Papua, tuturnya.
Kemudian kita lihat bahwa, yang menjadi dorongan agenda dan pergerakan adik-adik mahasiswa hari ini menjadi sesuatu yang luar biasa,
karena sejauh ini yang kita lihat bahwa setelah kaos rasisme itu dibangun oleh, gerakan mahasiswa, gerakan pemuda itu akan dilemakan oleh exkpansi kehadiran militerisme, sehingga upaya-upaya ini yang harus dilakukan, kemudian ruang-ruang diskusi inilah yang perlu diciptakan kembali oleh adik-adik mahasiswa dan juga pemuda untuk membangun konsolidasi bersama, membangun kesatuan persatuan, yang menjadi dipakai negara, salah satunya bentuk strategi yang dipakai negara adalah semacam membuat sekat-sekat baik itu di segala lini, sambutnya.
“Sehingga upaya negara untuk menguasai penguasaan negara terhadap sumber daya alam yang ada di Papua ini bisa terwujud. Karena jika tidak dilakukan perlawanan, misalkan menimbulkan sekat-sekat ini, tentu kekuatan masyarakat, kekuatan pemuda, kekuatan mahasiswa lemah, menjadi suatu ancaman terbesar.
Sehingga hari ini, mau tidak mau, mahasiswa sebagai. (Agen Off Cange), Agen Perubahan dan (Agen Control, Analisis Sosial) harus mempunyai suatu cara strategi perubahan yang baru, untuk bagaimana mengungkap kejahatan-kejahatan dan juga bentuk-bentuk kekerasan yang terjadi di tanah Papua.”
Dan juga ketiga Organisasi Ikatan, mengawali suatu pergerakan membangun kesadaran yang luar biasa, kedepan meneruskan dan melanjutkan kegiatan seperti ini yang hari bangun, menyebarkan luaskan informasi semacam kepada mahasiswa-mahasiswi Papua yang lain, di asrama-asrama mahasiswa yang ada memperkuat jaringan dan kekuatan, kemudian bangkit kembali dari ketertindasan ini. Menjadi kendala, hamabanta sebenarnya itu gerakan pemuda itu lemah karena
Ruang-ruang diskusi itu sudah hilang, kemudian pemuda dan mahasiswa menjadi agen perubahan yang kritis tetapi dengan hal-hal yang tidak menguntungkan demi banyak orang, membuat mahasiswa itu menjadi berpikir kritis tetapi hanya terlena dengan hal-hal yang sifatnya tidak penting. Sehingga perlu melibatkan lebih banyak pemuda dan mahasiswa dari berbagai daerah di tanah Papua.
Yang ada di kota Jayapura, Mengangkat isu-isu kemudian bisa berkonsolidasi untuk memperjuangkan segala bentuk penindasan, agar mahasiswa-mahasiswi bisa berkonsolidasi. Terutama bentuk-bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang sudah terjadi dan akan terjadi nantinya di tanah Papua, tambanya.
Harapan saya juga dalam diskusi-diskusi ini teman-teman bisa menyumbangkan ide dan gagasan, tentang semangat perdamaian
di antara berbagai kelompok etnis sehingga, ini bisa memperkuat gerakan mahasiswa, karena hari ini kita tidak bisa jalan sendiri tetapi kita butuh banyak jaringan. Kita harus rangkul teman-teman pemuda yang dari wilayah yang lain, dan juga dari luar Papua sehingga, menyumbangkan perspektif yang lain tentang bagaimana perspektif mereka yang dari luar Papua tentang situasi Papua hari ini. Apa yang mereka rasakan, Apakah mereka juga punya kepedulian terhadap situasi yang hari ini terjadi di tanah Papua, ataukah hanya anak-anak Papua sendiri yang peduli terhadap persoalan-persoalan diatas tanah papua.
“Sedangkan anak-anak yang dari luar Papua itu tidak pernah melihat persoalan-persoalan yang ada.
Jadi kita perlu memperkuat basis.
Membangun konsolidasi yang kuat menunjukkan bahwa Papua adalah satu, tidak memilah-milahkan Gunung dan Pantai. Hanya Provisi saya membuat kita bagi-bagi tidak dengan Orang Asli Papua (OAP).”
Selagi masih ada kesempatan dan menimbah sebuah ilmu, teruslah memperkuat jaringan untuk membangun ruang-ruang diskusi yang lebih banyak, akan munculnya ide-ide baru muncul dalam upaya mengambil satu langkah kebijakan untuk mendukung dalam mendorong penyelesaian koes-keos pelanggaran HAM, bisa menghentikan kekerasan, bisa menghentikan kejahatan dengan menjamurnya pendoropan-pendoropan pasukan di wilayah Tanah Papua, bisa dihentikan, ujarnya.
Ketua I IKBD-KLPUW2 Agus A. Wilil Menambah, Militerisme Indonesia yang hari masih dalang beroperasi di Atas Tanah Papua, menunjukkan bahwa dibalik itu dengan kepentingan akumulasi modal yang sedang marajalelah. Ekspansi militerisme adalah kejahatan yang sangat masih dikalangan masyarakat sipil, demi investasi asing itu dengan pengawalan militer organik dan non organik.
Bentuk Pernyataan Sikap, Mahasiswa ini Berbunyi sebagai berikut.Pernyataan Sikap:
1. Kami mahasiswa mendesak kepada negara agar segera tarik militer organik dan non-organik dari atas tanah Papua.
2. Kami mendesak kepada Militer TNI & POLRI agar hentikan operasi militer di Atas Tanah Papua.
3. Hentikan Perampokan Sumber Daya Alam (SDA) di Atas Tanah Papua.
4. Kami Mendesak Kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang Menduduki di Distrik Ibele, Tailarek, dan Tangma. Agar segera tarik diri.
5. Kami meminta kepada Elit Politik di Kabupaten Jayawijaya, agar hentikan memprovokasi masyarakat adat menciptakan konflik horisontal.
6. Berikan Hak Menentukan Nasip Sendiri (HMNS) bagi Bangsa Papua Barat.
Lanjut, Kehadiran militerisme ditengah-tengah masyarakat adalah bukan solusi dari keamanan dan pengamanan melainkan membuat, trauma warga sipil untuk beraktivitas dan juga kejahatan terbesar masih di kalangan masyarakat terjadi, pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), tidak ada solusi bagi masyarakat terhadap kehadiran militerisme indonesia, tetapi menjadi trauma terhadap warga sipil, tutupnya.(*)
Pewarta: Admin.